356th Susoh Lam Mata Donya; Sebuah Peradaban Menuju Kegemilangan

-55 Dilihat
Foto Uleebalang Susoh Teuku Nyak Radja dan Uleebalang Blangpidie Teuku Radja Sabi Tahun 1943

SIGUPAINEWS.com | ABDYA – Pada bulan November tahun 2022 ini Susoh menambah angka diumurnya yang ke-356 tahun, sejak ditabalkan hari jadinya ditahun 2021 yang lalu. Susoh sudah melalui banyak rentetan sejarah, mulai dari Traktat Painan yang berlaku sejak 6 Juli 1663 yang membuat rakyat Aceh di Minangkabau harus menyingkir dan menyelesaikan peradaban yang sudah dilalui puluhan dekade lamanya.

Namun Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) tidak mampu menghapus pengaruh Aceh seutuhnya, sampai sekarang pengaruh Aceh di Minangkabau masih bisa dirasakan dengan sangat nyata.

Namun juga sebaliknya, pengaruh Minangkabau sangat kental dirasakan di Aceh khususnya di pantai Barat-Selatan Aceh, hal ini membuktikan bahwa; rakyat Aceh yang Safar atau Hijrah dari ranah Minang juga membawa pulang budaya akulturasi, sehingga sekarang dikenal dengan Suku Aneuk Jamee.

Baca juga

Keberagaman ini menghantarkan Susoh menjadi negeri dengan tingkat keterbukaan dan sosialnya yang tinggi.
Hal ini bisa dibuktikan dengan fakta sejarah bahwa mulai dari batas ceu Krueng Baru sampai ke Seumanyam merupakan wilayah kenegerian Susoh.

Kelak wilayah ini terbagi menjadi empat wilayah Uleebalang yaitu; Kuala Batee, Blangpidie-Puloe Kayee, Lhok Pawoh Utara (Tangan-Tangan), dan Manggeng. Dari keempat kenegerian ini, para rajanya datang dari beberapa wilayah Kesultanan Aceh seperti; Mukim V Keumangan Pidie, Mukim Ujong Rimba Pidie, Mukim IV Ie Leubeu Pidie, Mukim XXII, XXV, dan XXVI Aceh Besar.

Kemudian kelima wilayah ini dijadikan kecamatan dimasa pemerintahan Republik Indonesia, dan juga sebagai modal pemekaran kabupaten Aceh Barat Daya.

PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Tidak hanya sampai dengan latarbelakang pengantar awal daerah yang heroik, negeri Susoh juga dikenal dengan perdagangannya yang sudah mencapai dunia internasional. Banyak literatur yang menceritakan bagaimana hubungan dagang para saudagar Susoh dengan bangsa luar, salah satunya tulisan John Anderson.

Seorang peneliti diabad 19 yang menuliskan dalam bukunya Acheen and the Ports on the North and East Coasts of Sumatera halaman 31-32.

“. . . Jika Inggris memberikan yang mulia bantuan untuk mengembalikan keuntungan, sebagai imbalannya harus diadakan perjanjian perdagangan secara adil dengan kompeni (Inggris), dan tugasnya di Soosoo (Susoh) juga harus diberikan jaminan, serta mengakhiri perdagangan rahasia dengan Amerika yang selama ini Inggris telah ditipu dan mengalami kerugian dalam perdagangan baik di Eropa maupun di India.

Lada yang dibeli oleh Amerika di Soosoo (Susoh) selama enam tahun terakhir ini yang tidak kurang dari $240.000/tahun. Sehingga merugikan pendapatan bangsa Inggris.

Selain kutipan buku di atas, nama Susoh abadi dalam tulisan para penjelajah dunia, para penjelajah dan kartografi dunia menukilkan Susoh sebagai bandar perdagangan seperti Jan Jansson (Amsterdam), Nicolas Sanson (Prancis), Peter Schenk (Jerman), Pieter van der Aa (Leiden), Samuel Ashmore (Australia), dan masih banyak lainnya.

MASA KOLONIAL BELANDA
Masuknya Belanda ke Aceh selepas agresi perang kedua tahun 1873, membuat Susoh memulai kehidupan baru setelah dimasukkan oleh Belanda ke dalam wilayah Onderafdeling Tapaktuan, yang dipimpin oleh seorang Kontroleur Belanda.

Selama Susoh menjadi bagian dari Hindia Belanda, belum pernah terdengar adanya pemberontakkan oleh kaum sipil maupun raja-rajanya, negeri Susoh masuk dalam wilayah yang kondusif berbanding terbalik dengan wilayah-wilayah lainnya di Aceh.

Hal ini disebabkan oleh tingginya diplomasi tokoh-tokoh Susoh kala itu, yang mempertahankan keamanan daerah dan menjaga kestabilan politik daerah. Sikap ini tentu secara turun-temurun diwarisi dari para pendahulu Susoh yang juga orang Aceh sudah lama di Minangkabau dalam keahlian diplomasinya.

Sehingga juga melahirkan tokoh-tokoh nasional kelahiran Susoh atau orang tuanya berasal dari Susoh di abad 20 (1901-2000) seperti Prof. Dr. Hakim Nyak Pha S.H D.E.A, Dr. Fachry Aly M.A, Dr. Risman Musa M.A, Elly Risman Psi, Drs. Ferry Mursyidan Baldan dan lainnya.
Dihari jadi Susoh yang ke-356 ini, mengangkat tema “Sebuah Peradaban Menuju Kegemilangan”.

Peradaban Susoh sudah tiga abad berlangsung dan telah melahirkan banyak kenangan sejarah serta trobosan-trobosannya.

Hari ini bentang alam negeri Susoh yang besar akan marwah dan masyhur telah berubah menjadi sebuah kabupaten, yang sekarang kita kenal dengan nama Aceh Barat Daya. Selamat hari jadi Bandar Susoh ke-356, lahir dari sebuah peradaban untuk kemajuan yang gemilang dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang.

Sumber :
1. John Anderson, Acheen and the Ports on the North and East Coasts of Sumatera. London, 1840.
2. Aris Faisal Djamin, Susoh Cahaya Kemilau Peradaban. Banda Aceh, 2021.
3. Korespondensi Tokoh

Note :
Penulis Aris Faisal Djamin, S.H
Merupakan Sekretaris Majelis Pemangku Adat Kesultanan Aceh Darussalam, dan juga peneliti sejarah di Badan Penelitian dan Pengembangan Aceh Culture and Education.