Diusung Jadi Cawabup Abdya Hendra Fadli Tidak Berminat Maju di Pilkada 2024

oleh -4 Dilihat

SIGUPAINEWS.COM|ABDYA  – Hendra Fadli, SH, MH, seorang tokoh yang dikenal sebagai Wakil Ketua II DPRK Aceh Barat Daya (Abdya) dan salah satu kader Partai Aceh, kembali mencuri perhatian di tengah dinamika politik wilayahnya. Pria asal Alue Padee, Kecamatan Kuala Batee ini bukanlah sosok asing dalam perpolitikan Abdya dan Aceh secara umum. Namanya semakin santer disebut sebagai salah satu calon kuat untuk posisi Wakil Bupati Abdya, terutama jika Partai Aceh memutuskan untuk berduet dengan Safaruddin.

Belakangan ini, sebuah surat berlogo Dewan Pengurus Wilayah Partai Aceh Kabupaten Abdya mencuat ke publik, mencantumkan tiga nama sebagai calon Wakil Bupati Abdya yang akan mendampingi Safaruddin. Dalam surat tertanggal 8 Agustus 2024 tersebut, tercantum nama Hendra Fadli, SH, MH, Tarzani, dan Zaman Akli, S.Sos sebagai kandidat.

Namun, saat diwawancarai oleh awak media, Hendra Fadli dengan tegas membantah kebenaran surat tersebut, menyebutnya sebagai hoaks. “Saya kira itu hoaks. Dan bila pun benar adanya, tentu saya harus berterima kasih kepada Partai yang telah mengusulkan nama saya. Namun, dengan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada pimpinan, perlu saya sampaikan saat ini saya tidak berminat untuk maju dan saya mau off dulu dari politik,” ujar Hendra pada Rabu (14/8/2024).

Baca juga

Hendra menambahkan bahwa keputusannya untuk rehat dari dunia politik sudah dipertimbangkan jauh sebelum ini, bahkan sejak ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) lalu. Ia juga tidak turut serta dalam proses penjaringan bakal calon Kepala/Wakil Kepala Daerah tahun 2024 yang digelar Partai Aceh.

Ketika ditanya mengenai sosok yang mungkin diusung oleh Partai Aceh jika mereka berkoalisi dengan Safaruddin, Hendra mengungkapkan bahwa selain nama-nama yang tercantum dalam surat tersebut, masih banyak kader potensial dari Partai Aceh di Abdya yang layak dijagokan. “Hemat saya, Tarzani dan Zaman Akli itu bagus, dan kalau mau dijaring secara serius, tentu ada banyak kader Partai Aceh di Abdya yang punya modal sosial dan politik yang cukup,” tuturnya.

Hendra juga menyebut beberapa nama lain yang menurutnya patut diperhitungkan, seperti Heri Sunanda dari Dapil I, Tgk. Panyang dan Hamdani alias Dek Gam dari Dapil II, serta Am Nasir, M. Nasir, dan Tgk. Mahyeddin, mantan anggota DPRA, dari Dapil III.

Ketika ditanya apakah keputusan untuk mundur dari dunia politik bersifat permanen, Hendra dengan bijaksana menjawab, “Politik itu dinamis dan sulit ditebak. Saya melihat masa depan politik kita akan diisi oleh banyak tokoh baru dengan gagasan yang lebih progresif daripada alam pikir kita saat ini. Ya, seperti istilah yang sering kita dengar, setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya.”

Meski telah memilih untuk mundur dari politik, Hendra mengaku belum memiliki rencana khusus setelah masa jabatannya sebagai anggota DPRK berakhir. Namun, ia mengungkapkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Paling kalau daya pikir masih kuat, saya berniat lanjut sekolah S3. Ya, minimal menjadi contoh dan dorongan buat anak-anak saya agar berhasil melampaui level pendidikan ayahnya,” ujar Hendra, yang baru saja meraih gelar Magister Hukum dari Fakultas Hukum UNAYA Banda Aceh.(*)