Larangan Ekspor CPO dari RI Diprediksi Akan Mempengaruhi Kebutuhan Pangan Dunia

-2 Dilihat

JAKARTA, SIGUPAINEWS.com – Larangan ekspor produk minyak sawit mentah atau CPO Indonesia menuai ketakutan di beberapa negara dunia. Hal ini dikarenakan posisi RI sebagai produsen sekaligus eksportir minyak sawit terbesar global.

Baca juga

Beberapa negara yang telah menyuarakan hal ini datang dari India dan Pakistan. Di India, para analis memprediksi akan terjadi inflasi akibat hal ini.

Adapun, di Negeri Bollywood itu, minyak sawit asal RI banyak digunakan dalam produk makanan dan fast moving consumer goods atau FMCG.

“Minyak sawit merupakan bahan utama dalam industri pengolahan makanan. Naiknya harga minyak sawit akan berdampak pada biaya dan margin beberapa perusahaan konsumen,” kata direktur penelitian di Prabhudas Lilladher, Amnish Aggarwal, kepada Money Control, dikutip pada Kamis (28/04/2022).

“Perusahaan utama FMCG seperti Britannia, Hindustan Unilever, Nestle India, dan ITC akan menjadi salah satu perusahaan utama yang terkena dampak langsung sebagai akibat dari larangan (ekspor) dan harga yang lebih tinggi,” terangnya.

Di Pakistan, para pelaku perdagangan komoditas takut bahwa langkah yang diambil Indonesia ini dapat memancing beberapa negara produsen CPO lainnya untuk mengambil langkah yang sama.

“Sekarang kita akan memasuki era bullish baru di mana kekurangan minyak nabati akan meningkat secara global,” kata direktur penjualan di Manzoor Trading Pakistan, Abdul Hameed kepada Al Jazeera.

“Banyak negara harus bergantung pada tanaman mereka sendiri dan menggunakan sumber daya dalam negeri. Mungkin ada lebih banyak proteksionisme tanaman yang terjadi,” imbuhnya.

Sementara itu, dampak larangan ekspor CPO RI ini juga diprediksi akan mempengaruhi kebutuhan pangan dunia. Pasalnya, di beberapa negara, olahan CPO Indonesia saat ini sudah menjadi substitusi minyak nabati yang biasanya diproduksi Rusia dan Ukraina. Kedua negara itu sendiri saat ini sedang dalam kondisi perang.

Ini juga mungkin dapat diperburuk dengan sumber minyak nabati lainnya yang terganggu akibat cuaca buruk

“Langkah Indonesia untuk menghentikan ekspor akan memberikan tekanan ekstra pada konsumen yang sensitif terhadap biaya di Asia dan Afrika yang terkena dampak kenaikan harga bahan bakar dan pangan,” ujar ketua konsultan komoditas LMC International, James Fry.

“Ini terjadi ketika tonase ekspor semua minyak utama lainnya berada di bawah tekanan: minyak kacang kedelai karena kekeringan di Amerika Selatan, minyak lobak karena tanaman kanola yang membawa bencana di Kanada, dan minyak bunga matahari karena perang Rusia di Ukraina,” pungkasnya.

Sumber.   : CNBC Indonesia 
Editor.      :  Fitria

Please enable JavaScript in your browser to complete this form.
Jika Pilkada Aceh Barat Daya (Abdya) dilakukan hari ini siapakah calon Bupati pilihan anda?