Tiga politisi asal Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dipastikan akan menempati kursi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Daerah Pemilihan (Dapil) 9 Aceh, berdasarkan hasil Real Count yang diperoleh media ini dari berbagai sumber, Senin (19/2/2024).
Ketiga politisi tersebut adalah Safaruddin dari Partai Gerindra, Romi Syahputra dari Partai Demokrat dan Usman IA dari PKS.
Para caleg DPR Aceh ini berhasil memperoleh suara terbanyak di internal parpolnya masing-masing. Dari hasil hitung cepat terhadap hasil rekapitulasi C1 per TPS Pemilu 2024 yang beredar, Usman mampu mendulang 21 ribu lebih suara, Romi meraup nyaris 30 ribu suara serta Safaruddin menyumbang suara fantastis untuk partainya, yaitu sebanyak 43 ribu lebih suara.
Akumulasi dari suara pribadi, suara caleg lainnya dan suara partai telah membuka kans kepada masing-masing parpol untuk meraih satu kursi DPRA Dapil 9. Bahkan dengan total jumlah suara partai yang signifikan, Gerindra diprediksi dapat mengirimkan dua orang utusannya untuk menjadi ‘penyambung lidah’ masyarakat Subulussalam, Aceh Singkil, Aceh Selatan dan Abdya di Pemerintahan Aceh.
Lantas, bagaimana sosok ketiga orang tersebut?
Ternyata, para politisi tersebut bukan orang sembarangan atau istilah bahasa slangnya ‘bukan kaleng-kaleng’. Hal itu terlihat dari track record dan kiprah dari masing-masing tokoh tersebut.
Usman IA yang mantan Bankir, Guru Ngaji dan Anggota DPRK Abdya
Usman IA saat ini menjabat sebagai anggota DPRK Abdya periode 2019-2024. Namun masyarakat di Abdya dan Aceh Selatan sudah sangat mengenal Ustaz Usman (-sapaan akrabnya) jauh sebelum ia menjadi anggota Dewan. Panggilan “ustaz” yang melekat di namanya tersebut setidaknya menunjukkan bahwa dalam dirinya tertanam nilai religiusitas yang tinggi. Sebab, sejak tahun 2000-an, ia aktif membuka kegiatan pengajian Al-Quran di rumahnya.
Usman juga dikenal sebagai seorang bankir, karena rutinitas sehari-harinya dalam kurun waktu 1997-2018 adalah sebagai seorang pegawai bank. Ia pernah ditempatkan di BRI Samadua, Lhok Bengkuang, Meukek, Bakongan dan bahkan pernah menjabat sebagai Kepala Unit BRI Labuhan Haji, Blangpidie, Kuala Batee dan terakhir Manggeng.
Selain aktifitasnya sebagai wakil rakyat, Ustaz Usman saat ini juga dikenal sebagai salah seorang Imam Masjid Agung Baitul Ghafur Abdya dan Ketua BKPRMI Abdya.
Romi Syah Putra, Ketua KONI, Mantan Wakil Ketua DPRK Abdya
Romi Syah Putra merupakan sosok yang sangat familiar di dunia olahraga di Aceh khususnya Abdya. Sepak terjangnya di pentas olahraga terutama sepakbola telah dimulai sejak masa mudanya. Romi dikenal sebagai striker yang tajam puluhan tahun silam.
Kecintaan pada ‘si kulit bundar’ tidak pula luntur kala ‘gantung sepatu’. Buktinya, ia aktif membina atlet-atlet muda pesepakbola Abdya melalui klub PERSADA yang diketuainya.
Saat ini Romi memimpin Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI) Abdya, sejak dipilih pertama kali pada Agustus 2018 dan terpilih kedua kalinya pada Mei 2023. Dua kali ia dipilih secara aklamasi. Hal itu menandakan bahwa cabor-cabor merasakan kehadiran KONI Abdya sebagai payung pembinaan olahraga di Nanggroe Breuh Sigupai itu.
Dari rekam jejaknya, dunia politik bukan pula hal baru bagi Romi. Romi bukan penyandang status “new commers” dalam panggung politik, khususnya di lembaga legislatif. Sebab, ia pernah menduduki kursi DPRK Abdya dan menjadi Wakil Ketua DPRK pada periode 2014-2019. Hanya saja pada Pemilu 2019 yang lalu ia gagal terpilih kembali sebagai anggota DPRK Abdya. Ibarat dalam pertandingan sepakbola, Pemilu tahun 2019 merupakan ‘laga kekalahan’ Romi. Namun, ia berhasil “comeback” dengan sempurna pada Pemilu tahun 2024, bahkan mampu meraih posisi satu tingkat lebih tinggi. (Baca:DPR Aceh).
Tak hanya itu Romi memiliki modal politik yang besar hingga saat ini, yaitu sebagai Ketua Partai Demokrat Abdya. Jabatan itu ia emban sejak terpilih pertama kali pada 29 September 2012 silam, dan saat ini adalah periode ketiga ia menjalankan tugas sebagai ketua partai berlambang Bintang Mercy itu. Hal tersebut menjadi salah satu pencapaian tersendiri bagi Romi dan menunjukkan kepiwaiannya dalam kancah politik. Modal politik itu pula yang memudahkan ia mengkonsolidasikan para kader dan menjalankan mesin partai pada Pemilu 2024 ini.
Dalam hal ini, Romi dan Ustaz Usman memiliki kesamaan, karena kedua-duanya bukan pemain baru dalam kancah politik dan pernah menjalankan fungsi legislasi (legislting), anggaran (budgeting) dan pengawasan (controlling) di tingkat kabupaten. Selain itu kedua politisi ini nantinya akan bergabung dalam grup wajah-wajah baru yang mengisi kursi DPRA, setelah dilantik dan dikukuhkan secara resmi sebagai anggota DPR Aceh.
Safaruddin Sang Petahana, Mantan Aktivis Mahasiswa
Di antara ketiganya, hanya Safaruddin yang berlabel “incumbent” atau “petahana”. Sebab, saat ini Safaruddin duduk sebagai anggota DPR Aceh dan menjabat sebagai Wakil Ketua DPR Aceh.
Sejak Abdya berdiri hingga saat ini, hanya M Tanwier Mahdi dan Safaruddin putera Abdya yang berhasil menduduki posisi pimpinan DPR Aceh. Tanwier menjadi Wakil Ketua DPRA sisa periode 2009-2014 dari Partai Demokrat menggantikan Amir Helmi yang meninggal pada tahun 2013 kala itu. Penempatan sebagai Wakil Ketua DPRA itu menjadi salah satu prestise yang ditorehkan Safaruddin dan membuktikan bahwa tokoh barsela ini menjadi aktor politik yang diperhitungkan dalam percaturan politik di Aceh.
“Dhien Kallon”, nama itu tentu tidak asing bagi masyarakat Blangpidie-Susoh terutama dari kalangan generasi X dan Y. Nama itu adalah nickname-nya Safaruddin saat masih aktif sebagai atlit sepakbola. Ia dikenal sebagai salah satu ‘predator’ kala masih merumput di lapangan hijau.
Kecintaan terhadap sepakbola tidaklah sirna. Sejak 2019, Safaruddin beserta rekan-rekannya menginisiasi lahirnya klub Legend Sigupai sebagai tempat berkumpulnya mantan-mantan atlit sepakbola di wilayah Barat Selatan Aceh. Hingga saat ini, Legend Sigupai aktif mengadakan friendly match dengan tim-tim sepakbola lainnya di Aceh.
Selain itu, hampir saban tahun, Safarudiin menggelar perhelatan akbar turnamen sepakbola Barsela Cup melalui pokirnya sebagai anggota DPRA. Safaruddin pula yang menginisiasi lahirnya Gedung Olahraga (GOR) Sigupai Arena yang berdiri megah di Guhang Blangpidie, dengan nilai pagu kontrak mencapai 14 milyar lebih yang bersumber dari APBA 2022.
Safaruddin muda atau yang kini kerap dipanggil Safar tidak hanya memiliki bakat di dunia sepakbola, akan tetapi berkat suaranya yang merdu, ia beberapa kali menjuarai lomba MTQ kala usia remaja. Jika boleh dikatakan, bakat alami yang dimiliki oleh Safaruddin tersebut merupakan fusi dari bakat yang dimilki oleh Ustaz Usman dan Romi Syah Putra.
Saat masih mengenyam pendidikan S1 di USU Medan, Safaruddin dikenal sebagai aktivis mahasiswa. Selain aktif di BEM kampus dan HMI, ia pernah menjadi Ketua FKPMM Abdya-Medan, wadah berkumpulnya pelajar, mahasiswa dan pemuda asal Abdya di Medan. Tidak hanya di Medan, Safaruddin acap kali terlibat dalam konsolidasi pergerakan mahasiswa Abdya yang berada Blangpidie. Selain itu ia pernah mendirikan LSM yang diberi nama BEURATANA, yang aktif melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Pada Pemilu 2024 ini, Safaruddin mampu mendulang suara hampir lima kali lipat dari suara yang diraih pemilu lima tahun sebelumya. Sebuah lonjakan yang sangat drastis tersebut kian menegaskan posisi Safaruddin sebagai politisi yang mampu menjaga kepercayaan konstituennya.
Meskipun demikian, perjalanan politik sosok orator yang dijuluki ‘singa panggung’ ini tidak serta merta mulus-mulus saja. Seperti yang dialami Romi, ia pernah gagal pada pemilu legislatif tingkat kabupaten. Bahkan Safaruddin mengalami kegagalan sebanyak dua kali pada Pemilu DPRK 2009 dan 2014, meskipun saat itu ia menduduki kursi Ketua Partai Gerindra Abdya. Namun, hingga saat ini Safaruddin sama sekali belum pernah ‘menyentuh’ kursi DPRK Abdya.
Namun takdir berkata lain, kini Safaruddin terpilih menjadi anggota DPR Aceh untuk kali kedua. Bahkan pada Pemilu 2024 ini, ketua PBSI Aceh itu mememecahkan rekor sebagai satu-satunya caleg DPR Aceh Dapil 9 yang berhasil meraup suara pribadi sebanyak 40 ribu lebih suara, sejak pemilu pasca reformasi digelar pertama kali. (Baca: Pemilu 2004).
Kegagalan dan Harapan
“Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”, mungkin itu salah satu kalimat tepat yang menggambarkan karir politik Safaruddin dan Romi Syah Putra. Kegagalan tidak pernah menjadi penghalang keinginan keduanya untuk tetap berada di jalur politik. Keduanya telah menunjukkan bagaimana sikap politisi yang ‘bermental baja’. Tak dinyana, sikap pantang menyerah telah mengantarkan keduanya pada level yang lebih tinggi. Hal ini selaras denga apa yang pernah dikatakan Confisius : “Our greatest glory is not in never falling, but in rising everytime we fall”. Kehebatan seseorang bukan karena tidak pernah jatuh, melainkan kemapuan untuk selalu bangkit di kala terjatuh.
Mengutip kalimat Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris era 1940-an, ia mengatakan :”In war, you can only be killed once. But in politics, many times”. Ya, Churcill yang merupakan mantan perwira militer sekaligus pemimpin negara yang menjadi salah satu pemenang Perang Dunia Kedua kala itu mengeluarkan kalimat paradoks, bahwa di medan perang seseorang hanya bisa hidup sekali dan mati sekali. Namun, dalam politik seseorang bisa ‘terbunuh’ berkali-kali dan hidup lagi setelahnya. Apa yang dialami oleh Safarudin dan Romi adalah salah satu contoh fenomena nyata yang membenarkan kalimat yang diutarakan oleh Churchill itu.
Jika hasil pleno KIP Aceh nantinya tidak bergeser dari hasil quick count yang beredar, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, Ustaz Usman, Romi dan Safaruddin akan bekerja bersama di gedung DPRA. Kerja-kerja kolaboratif dari ketiganya akan sangat dinantikan oleh masyarakat di Dapil 9 Aceh, khususnya Abdya.
Masyarakat tentu menaruh harapan besar di pundak mereka, agar menjadi sosok wakil rakyat yang mampu mengagregasi serta mengartikulasikan keinginan masyarakat, dan benar-benar menjadi ‘penyambung lidah rakyat’.
Kendatipun demikian, dari informasi yang beredar, Safaruddin dan Romi diprediksi akan menjadi kontestan dalam Pilkada Bupati-Wakil Bupati Abdya pada November tahun ini. Setali dengan itu, di beberapa kesempatan Safaruddin pernah mengutarakan keinginannya maju di Pilkada, agar dapat berbuat lebih banyak untuk masyarakat Abdya. Dalam beberapa hari ini, pengaruh kedua poltisi itu dinilai semakin kuat dan berpeluang besar mencalonkan diri di Pilkada nantinya.
Apakah Safaruddin dan Romi bakal maju di Pilkada Bupati Abdya? Akan kita temukan jawabannya pada Agustus mendatang. (*)